Kamis, 01 September 2016

PENINGGALAN - PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM YANG ADA DI INDONESIA

Agama Islam berkembang dengan pesat di tanah air. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam dan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Agama dan kebudayaan Islam mewariskan banyak sekali peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam antara lain masjid, kaligrafi, karya sastra, dan tradisi keagamaan. Berikut ini akan dibahas satu per satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia.

a. Masjid


Masjid bermakna sebagai tempat bersujud , yaitu tempat orang untuk beribadah bagi orang - orang yang beragama islam . Masjid - masjid peninggalan waktu itu berbeda dengan masjid - masjid yang ada pada saat ini . Berikut adalah penjelasan dari cir - cir masjid - masjid kuno :

  1. Atap masjid berbentuk bujur sangkar  , dan bertingkat seperti pura 
  2. Mimbar masjid berbentuk teratai 
  3. Hiasan masjid umumnya berupa ukiran hewan - hewan dan tumbuhan 
  4. Menara masjid menyerupai bangunan candi 
  5. Halaman masjid dikelilingi tembok dengan satu atau dua pintu
  6. Terdapat kolam atau parit yang megelilingi masjid 
  7. Pintu gerbang masjid menyerupai gapura keraton atau candi
  8. Masjid kuno di kota biasanya terletak di tengah kota menghadap ke alun - alun serta dekat dengan istana
  9. Pada bagian sebelah kiri atau kanan masjid terdapat menara untuk menyerukan adzan , sedangkan pada bagian barat terdapat sisi yang menonjol yang di sebut sebagai mihrab
  10. Di sekitar masjid terdapat makam tokoh para ulama . 

Masji - masjid peninggalan kerajaan islam di Indonesia :


b. Kaligrafi 


Kaligrafi adalah seni melukis indah atau mengukir huruf - huruf Arab yang berisikan tulisan - tulisan pengingat manusia kepada Alloh SWT . Seni kaligrafi yang bernafaskan islam merpukan rangkaian dari ayat - ayat suci Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW . Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid , batu nisan , gapura masjid dan gapura pemakaman .

Tulisan kaligrafi yang terdapat pada batu nisan pertama kali di temukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran , Surabaya Jawa Timur . Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban .

Tulisan - tulisan kaligrafi yang terdapat dalam sejarah peninggalan islam di Indonesia : 






c. Istana atau Keraton 


Istana adalah tempat untuk melakukan kegiatan - kegiatan penting yang menyangkut urusan kerajaan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya . Bangunan utama istana di kelilingi pagar tembok , parit atau sungai kecil . Sebenarnya adanya istana adalah pengaruh Hindu-Budha , setelah islam masuk tradisi pembangunan istana masih berlangsung . Akibatnya , pada bangunan istana yang bercorak islam , masih terlihat adanya pengaruh Hindu-Budha di dalam seni arsitekturnya .



d. Sastra


Kesastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam.
 

Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. 

Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk.
Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar